Home » » "humaira"

"humaira"



Bekasi, sep 2007

Sayup kudengar suaramu makin lama makin jelas terasa mak jleb di dalam hati
hingga menembus seluruh relung jiwa,
ada damai yang menjalar merasuk kalbu
tak sepatah kata ku ucap
rasanya saat itu seluruh organ tubuhku tak berfungsi
hanya daun telinga ku buka lebar lebar
aku duduk di depan pintumu
menikmati alunan merdu yang kamu suarakan
hening malam rela ku habiskan untuk duduk mendengar
tak pernah berani ku ketuk pintu itu jika kamu sedang bersenandung
melantunkan ayat demi ayat kitab suci
ada berjuta rasa yang berkecamuk menentramkan seisi jiwa kosongku
rasanya alunan suara itu bak nyanyian “nina bobo” yang di nyanyikan ibuku
membawaku perlahan menuju alam mimpi nan indah

hari bulan tahun berganti
harapan tinggal harapan restu orang tua menghalangi
jarak dan waktu perlahan tapi pasti memisahkan kita
meninggalkan beragam luka di dada dan jiwa.

“oelfa”

ku biarkan kekosongan itu bersama diriku
aku berjanji pada diriku
jika suatu saat aku menemukan alunan merdu itu
akan ku coba untuk merengkuhnya
menikmatinya dengan perlahan
aku punya sejuta alasan yang tak bisa ku ungkap
sekedar untuk kembali menikmati suara itu.


kretek ,juli 16
kuhabiskan malam demi malam bersama sahabatku
sekedar bercerita dan bertukar cerita
 tentang beragam masalah kehidupan
keluarga,ekonomi, karir,kawan, agama,
dan semua hal yang bertalian dengan kehidupan
saling memberi semangat tentang hidup dan kehidupan
melepas sedikit penatnya hidup
menghabiskan gelas demi gelas kopi
membakar tembakau di selingi canda tawa.

satu malam sayup kembali ku dengar senandung yang ku rindu
lantunan ayat itu kembali menentramkan relung hatiku
aku kembali di “nina bobo” kan suara itu
bukan dri depan pintu rumahmu “oelfa”
sudah kupendam angan itu jauh jauh
tak pernah ku ingat dan takkan ku ungkit


alunan merdu itu begitu ku nikmati
dari bilik kamar “mbah “ yang kau temani
aku meletakkan jari telunjuk pada bibirku
memberi isyarat agar sahabatku diam

ku pejamkan mata, ku buka lebar – lebar telingaku
ku pastikan satu demi satu ayat itu tak terlewat

pelan hatiku terisi oleh suaramu
membasahi jiwa kering kerontangku
menumbuhkan sejuta harapan yang pernah ku pendam dalam dalam
tunas harapan kembali bersemi
mengantarku pada hidup yang baru


“baiklah akan kujaga alunan itu
dan takkan kubiarkan rasa ini hilang”
 

“Humaira”

0 komentar:

Post a Comment