Home » , » Hariku

Hariku

Hariku Kian Berbeda

Awalnya aku ragu untuk menceritakan perasaanku namun aku sadar perasaanku sudah tak tertahankan lagi.  Sungguh tak tertahan.  Namun apalah dayaku hanya bisa bercerita berharap mereka mampu mengerti, m ampu memahami, meski aku tidak berharap banyak atas action mereka jika mendengar ceritaku.  Perasaan ini aku rasakan sejak bulan mei beranjak meninggalkan tahun 2016 tanpa sedikitpun memberi peringatan kepadaku bahwa kepergiannya  tak sendiri.  ^Mei^ juga membawa kisah – kisah bersama tema – temanku , sahabat – sahabatku, guru – guruku dan semuanya.  Teman ? sahabat? Apakah berbeda? Pikirku.  Hati berbisik “Ya, Berbeda” . “teman ialah mereka yang disekitarku siapapun dia siapapun mereka entah sepaham atau berlainan” batinku menjelaskan.  “ Sahabat mereka yang perduli mereka yang selalu mengingatkan, menasehati, selalu ada  ahhhh banyak sekali definisi sahabat” pikirku.  Aku gadis 18 tahun yang masih ababil yang kuki rapolapikirku tak sedewasa usiaku, masih ingusan.  Sekarang sedang berupaya untuk menghilangkan sebuah perasaan.  Perasaan yang mungkin bukan hanya dirasakan aku, tapi juga mereka teman – teman yang baru lulus Senior high school.
Entahlah mungkin orang dewasa berpikir bahwa ini adalah perasaan yang sangat wajar dan biasa tapi sungguh ini sangat berat jika mereka jalani dengan kondisi yang seperti kualami 2 bulan belakangan ini.  Masih ku ingat jelas dalam memori otakku. Masih gamblang tidak ada satupun hal yang ngeblur.  Keseharianku rutinitasku semua hilang perlahan.  Pagi masih buta oleh kabut.  Masih dingin oleh embun.  Diri ini sudah berpakaian rapi dan siap meluncur menuju sekolah.  Sekolahku yang tergolong jauh ditambah dengan jam masuknya yang lebih pagi dari sekolah lain.  Jam 6.30. karena jadwal sholat duha dan ceramah pagi sudah menjadi Adat dan sesuatu yang wajib di sekolahku.  Kuawali semua hariku dengan menyantap sarapan spesial buatan ibu.  Dilanjut menelusuri jalan kereta api yang aku pilih untuk menuju jaalan raya sebelum menaiki bus meuju sekolah.  Kenapa lewat rel kereta api? Bukanya bahaya? Mungkin bagi yang bukan orang daerah rel kereta api atau orang yang tidak biasa lewat akan selalu ada perasaan was – was tapi tidak dengan kami warga sekitar rel yang meras diuntungkan dengan adnya rel.  berjalan di jalan yang dibatasi oleh besi yang kokoh yang panjang dan keras.  Berjalan diatas timbunan batu berukuran sedang yang posisinya tak lebih tinggi dari bantalan – bantalan putih tertata rapi.  Meredam getaran kencang dari kereta api.  Perjalanku menjadi lebih drama, sepi, dingin tapi menyejukan.  20 menit berlalu turun dari bus dan berdiri didepan gerbang.  Suara teriakan seorang temanku yang khas cempreng di dalam kelas.  Lewat jendela.  Memanggil siapapun yang dikiranya dia kenal.  Termasuk aku teman satu kelas dan satu rombongan dengannya.  Ingat bukan genk .  mungkin tindakanya semata – mata karena ramah tapi kadang suka berlebih dan bertingkah aneh.  Namanya Liza. Berlanjut menuju pintu utama dan memasuki Hall. Selanjutnya menaiki tangga menuju kelasku menuju tempat sejuta kenangan, bermiliyaran cerita.  Tangga sekejap kulalui kemudian akan kulewati lantai yang luas biasa disebut Aula karena luas seperti lapangan dan yang di lantai dua gedung utama ini biasa disebut ^Aula A^.  ada 3 aula akan kuceritakan nanti jika memang perlu.  Sampailah aku di kelas.  Yang dipojok ruangannya terdapat meja guru seperti pada umumnya. Meja guru yang dekat jendela.  Jendela yang dapat mengakses seluruh isi semesta, seluruh kehidupan di depan sekolahku.   Jalan raya.   Kendaraan berlalu lalang.  Pos satpam yang selalu ramai oleh guru atau staf yang bertugas piket.  Anak – anak yang berangkat dengan bekal semangat yang membara.  Sangat jelas tergambar dari wajah mereka yang cerah dan fresh. Ahh terlalu indah terlalu mempesona bangunan bangunan disini isinya semua wonderful.  Ditempat aku berdiri.  Memasrahkan pada Alloh tentang “Masa Depanku”.  Setelah aku masuk kedalam kelas pasti ada seseorang yang selalu duduk dibangku guru.  Bermain telepon genggam.  Warna putih berbungkus tempat dari karet berwarna merah cerah.  Ukurannya kegedean.  Wah aku sampai hafal.  Haha.  Bagaimana tidak aku yang menemaninya saat membeli di salah satu toko yang paling besar disini, ditempat kami.  Oya hampir lupa untuk memperkenalkan namanya.  Wike namanya.  Dia adalah cewe paling bawel yang aku kenal di kelas.  Dia teman sebangkuku.  Teman menceritakan segala kejadian yang aku alami, sebaliknya diapun tak jarang untuk menceritakan segala kejadian yang dia alami diharinya diluar sekolah.  Mulai dari dia kemarin pulang dengan siapa naik apa. Ehh pasti naik angkot yang sangat jarang.  Gurauku. Sampai dengan cerita hingga ia datang kembali ke sekolah.  Sungguh topik yang kami bahas lebih banyak hal yang konyol dibandingkan plajaran atau pekerjaan rumah yang dikerjakan di sekolah . haha.  Adalagi ya adalagi topik yang sangat menarik untuk dibahas selain dari dua macam topik diatas yaitu mengenai Mr. X. dia adalah pemeran utama dalam film Cinta dalam diam  yang kami sebut untuk mengapresiasikan segala kerumitan kisah kami.  Bercerita dengan dia memang tidak ada habisnya.  Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan hobiku selanjutnya setelah menyapa semua teman teman yang lebih dulu hadir di kelas.  Berdiri di dekat jendela melihat teman yang lain memasuki gerbang seperti hobi Liza.  Tak lama terlihatlah Sarnita. Perempuan berkerudung lebar dan tatapan yang mendung.  Menenangkan. Gaya berjalanya yang anggun bak sedang diatas catwalk.  Dia dijuluki Santri Benda. So jangan heran kalo dia emang alim.  Bicaranya yang pelan tapi pasti. Lembut kaya sutra.    Itu menjadi ciri khas dia berikutnya.  Sarnita berlalu disusul Tati.  Gadis mungil. Kurus dan tinggi ngepas sekitar 150 centimeter itu selalu memasuki gerbang dengan tertawa kecil karena dia sudah tahu benar di jendela kami sudah bersiap untuk mengodanya dan membuat dia salah tingkah.  Gadis berkulit sawo matang ini juga salah satu karibku.  Dia juga ikut berperan dalam film Cinta dalam diam bersama aku dan wike.  Kisah cinta yang konyol.  Biar aku jelaskan sedikit kisah kita hapir sama menyukai orang yang dulu pernah ada dan kami sia siakan dan sekarang, ibarat pepatah dunia selalu berputar.  Benar kami berbalik menyukai nya.  Orang yang berbeda dengan posisi yang sama dan nasib yang sama.  Sangat cocok untuk menjadi sekutu bukan? Tentu saja.  Dalam kisah itu kami hanya bisa diam memantau dirinya melalui sosial media. Stalker adalah pekerjaan kami.  Tak ada pekerjaan lain mengenai dia Mr. X istilah yang mencerminkan betapa rahasianya sosok dia bagi kami. Rahasia tersimpan indah dan terbungkus rapi dalam relung hati kami. Nah itu gerombolan unyil memasuki gerbang. Triounyil. Triple E. ada Endang Erna dan Elisah. Tiga sahabat dari bayi ehh mungkin dari kandungan karena ibu mereka juga bersahabat baik. Unik sekali.  Dan diantara mereka ada Endang masuk dalam gerombolan kami anak anak pendiem di kelas. Walau pada kenyataannya kami bukanlah orang – orang yang pendiam. Kami anak anak yang cerewet dan banyak maunya. Tapiiii.. karena teman – teman yang lain lebih suka ngomong jadi kamilah yang di fonis gerombolan pendiam. Bukan hal yang buruk untuk kami. Kami jalani sesuka hati kami tak ada yang keberatan untuk panggilan itu. Lanjut soal temenku yang satu ini dia satu satunya perempuan yang jago main gitar. Dia suka musik beraliran metal juga aduhh bukan aku banget pokoknya. Dia juga anggota OI fans dari Iwan fals.  Sungguh pribadi yang sangat antik menurutku. Porsi tubuhnya yang mungil sikapnya yang pendiam dan juga lebih suka cuek tak akan menyangka seorang pecinta Musik sejati. Give a plus pokoknya.
Ini adalah bukti kami itu seperti indonesia seperti nusantara Berbeda beda tetapi tetap satu. Ada 8 anak dalam rombongan ini dan yang baru aku sebutkan lima ditambah aku satu jadi enam lalu mana yang dua? Biar aku kenalkan mereka. Mereka adalah aktivis telat. Berangkat paling terakhir. Nyaris jam 6.30 lewat. Membuat kami mengkhawatirkan mereka. Khawatir dua bangku di gerombolan kami akan kosong dan yang kedua khawatir mereka dihukum guru BK dan Kesiswaan yang sudah Stan by di depan gerbang. Dag dig dug kedebug gunjrengg… kami mulai cemas. Karena kami biasa untuk turun menuju mushola bersama dan jika tidak lengkap maka tidak lengkap pula pembicaraan kami.
“tet…tet…tet..” bel berbunyi.  Pada saat yang bersamaan serentak terucap “Nah lhoo itu mereka”. Alhamdulillah sedikit mengurangi rasa cemas kita. Seperti biasa mereka aman lolos dari guru BK.entah punya jurus apa. Heran deh.  Dan sambil menunggu mereka naik ke kelas, kami menunggu di dekat jendela tapiii itu adalah hal yang  paling nyesek karena disitu pula kita harus di tuding dan lihat wajah jengkel dari Guru BK dan Kesiswaan karena belum juga turun.  Menuju masjid.  Alih alih menunggu teman malah kena marah hahaha.  Sontak siapapun yang melihat wajah seram dari para penegak kedisiplinan itu pasti tidak memperdulikan apa apa lagi pokoknya langsung siap laksanakan.  Begitupun dengan kami tanpa memperdulikan dua teman yang telat itu kami pun berlarian turun menuju masjid untuk sholat duha bersama sama.  Dan ketika ditangga berpapasan dengan dua teman kami itu.. ohyaa kenalin dia yang tingkahnya paling unik paling jail dan rese namanya Imas lalu yang keliatanya pendiem tapi padahal cerewetnya super duper nyebelinnya namanya Irna.  Si repa sapaan untuk Imas. Karena gayanya yang sering mirip dengan Reva tokoh dalam sebuah film FTV. Jadi kamipun sampai terbiasa memanggilnya dengan nama Repa dan Irnut nama bekennya karena postur tubuhnya yang agak melar dikit itu. Tapi tak ada sedikitpun yang dia hiraukan dari panggilan sayang ini. Dia menyukainya.
Lanjut pas kita berpapasan dengan mereka pasti hebohnya minta ampun minta ditunggui lah minta barenglah. Ceuk aja haha itu lah yang sering kami lakukan ketika keadaan sudah tak bersahabat.
Sholat duha dan ceramah keagamaan kita nikmati dengan rasa harap apa yang menjaadi hajat segera Alloh mudahkan. Aamiin .
Betapa serunya hari hari itu aku lewati.  Tak sedikitpun berpikir akan berpisah secepat ini. Pertemuan yang sangat menyenangkan kini hanya sebatas rindu yang tak tersampaikan.  Rindu akan mereka yang mengisi hariku dengan canda dengan kisah Inspiratif mereka , dengan perjuangan mereka.  Kasih sayang mereka yang hampir tidak kuceritakan. Solidaritas mereka yang sangat kental yang menganggap satu diantaranya saudara. Sakit satu sakit semua kita bagaikan satu tubuh kami lah organ organnya.   Yangmana  satu organ terluka maka organ lain pun ikut merasakannya.
Organ itu tak akan sanggup lepas dari tubuh tapi ada yang memaksa organ itu harus berpisah yaitu ruang dan waktu.  Ruang yang sudah berbeda dan waktu yang sudah tak bisa terlewati bersama. Namun diantara kami masih ada darah dimana oksigen mengalir didalamnya diangkut oleh hemoglobin.  Begitupun dengan kami. Kami masih punya cinta yang dibawa oleh rasa rindu berharap dapat disampaikan pada kami walau kami jauh.  Jika sudah begini haripun akan berbeda tawa itu sudah meredup menjadi sekedar senyum senyum itu memudar menjadi posisi normal posisi datar tak berenergi tak berasa. Kemanisan sudah luntur berganti hambar. Sekali lagi tak berasa. Seolah olah hal besar hilang dalam kehidupanku.
Hariku kian berbeda.  Hariku tak lagi sama. Kini semua meninggalkan.  Pergi menuju destinasi berikutnya. Menuju kehidupan yang baru dengan orang yang baru.  Dengan lingkungan yang baru pula.  Hari ini dan selanjutnya semua akan semakin berbeda dari mulai tak saling bertemu. Tak saling bicara. Tak saling berhubungan. Dan pada akhirnya mungkin tak saling mengenal.

Ahhh it’s so bad.

0 komentar:

Post a Comment