Home » » HARI SANTRI

HARI SANTRI


HARI SANTRI

Teringat kejadian 15 th lalu

selepas SMP kang srugul ikut mondok di sebuah pesantren kyai yang ada di kampungnya
kang srugul tergolong santri yang “mblunat” ( berlaku seenaknya sendiri )
meski demikian sang kyai tetap menyayangi kang srugul layaknya anak sendiri
kang srugul tetap di perlakukan sama seperti santri lainnya
hari,bulan, tahun berganti
kang srugul yang lebih senang berada di sawah kyai  di banding tadarus di mushola
atau mengikuti pengajian yang rutin di lakukan tiap selesai sholat dhuha.

hal ini di sebabkan karena kang srugul
sudah berbulan bulan kang srugul mengaji di satu surat saja
hingga kang srugul hafal surat itu di luar kepala
santri lainnya sudah hatam ( menyelesaikan pengajian/ bacaan)
sementara kang srugul masih berkutat dengan surat itu itu saja
santri seangkatan kang srugul sudah mengaji beragam kitab
sementara kang srugul tak pernah di beri restu untuk mengaji kitab lainnya
meski  demikian kang srugul pun tak pernah berani menayakan
sebab musababnya apa, hingga ia tak pernah di izinkan mengaji kitab lainnya.

kang srugul yakin kyainya punya misi khusus untuknya
keyakinan inilah yang membuat kang srugul tetap istiqomah ikut sang kyai
hingga akhirnya kang srugul lebih aktif bertani di sawah sang kyai
semua pekerjaan sawah di kerjakan oleh kang srugul
mulai dari mencangkul, memilih jenis padi, menanam, hingga merawat serta memanennya
di kerjakan oleh kang srugul meskipun santri lainnya membantu tapi kang srugul lah yang menjadi kepala dalam hal menggarap sawah kyainya
hal ini membuat kang srugul jarang ikut mengaji
hingga suatu hari kang srugul di tanya oleh sang kyai
mengapa ia jarang ikut mengaji selepas sholat dhuha
kang srugul menjawab dengan enteng
“wis apal yai” ( sudah hapal kyai )
jawaban ini membuat bu nyai terkekeh dan  sang kyai tersenyum simpul
meski demikian sang kyai tak pernah marah pada kang srugul
kyai nampaknya senang semua pekerjaan di sawah di tangani kang srugul
Suatu pagi hari kang srugul di panggil menghadap ke rumah kyainya
yang berjarak cukup dekat dengan pondok
seperti pada umumnya santri yang begiitu hormat pada gurunya
kang srugul dengan sigap datang menemui kyainya
ia di minta membersihkan & menjemur kasur dan mengeluarkan ranjang
sekaligus membersihkan kamar gurunya
sang kyai pergi ke pondok untuk mengajar
sementara kang srugul membersihkan kamar sang kyai
hanya saja bagian kolong tidak di bersihkan oleh kang srugul
kang srugul berpendapat bagaimana ada kolong jika taka ada ranjang
sedangkan kolong berada di bawah ranjang pikir kang srugul

Selesai membersihkan kamar gurunya(dengan menyisakan kolong) yang belum di bersihkan
kang srugul pergi kedapur untuk membuat minuman dan bercengkrama dengan bu nyai
kang srugul adalah salah satu santri yang akrab dengan bu nyai dan dapur
kang srugul acap kali ikut makan di dapur bersaama keluarga kyai
dan bahkan kang srugul adalah salah satu santri andalan untuk memasak
jika sang kyai punya hajat atau ada acara acara keagamaan yang di adakan sang kyai
bagi kang srugul ini adalah hal yang istimewa ia dapat bercengkrama dengan keluarga gurunya

Menjelang sholat dhuhur sang kyai balik ke rumah
ia kontan saja terkejut melihat kamarnya ynag masih belum selesai di rapikan
sang kyai memanggil kang srugul dan meminta penjelasan
kang srugul berdalih jika kolong tak ada apabila tak ada ranjangnya
penyebab adanya kolong ialah apabila ada ranjang
sementara di kamar kyainya ranjangnya tidak ada
mendengar jawaban kang srugul bu nyai terkekeh
“ dasar santri gebleg” ( dasar santri edan ) ujar bu nyai sambil menahan tawanya
bu nyai paham betul dengan tingkah polah kang srugul
bu nyai pun acap kali “di kerjai”  oleh kang srugul
hingga bagi bu nyai ini adalah hal yang biasa

Sang kyai termenung mendengar jawaban kang srugul
ia meminta kang srugul membersihkan kamarnya
kali ini sang kyai memberikan perintah dengan hati hati
selesai membersihkan kamar & merapikan kamar kyainya
kang srugul di beri perintah untuk pulang
dan memberi kabar pada bapaknya agar nanti selepas isya menghadap

hati kang srugul dag dig dug tak menentu
dalam benaknya penuh pertanyaan apakah gurunya murka karena ulahnya…??

Selepas isya kang srugul di panggil menghadap kyainya
disana sudah ada bapak dan ibunya kang srugul yang masih belum tau
apa tujuannya di panggil sang kyai.
rupa rupanya sang kyai akan menjodohkan kang srugul
orang tua kang  srugul tentu saja tak bisa menolak permintaan kyainya
hati kang srugul mendadak lega sekaligus bingung
ia lega karena gurunya tak marah atas kelakuannya siang tadi
ia pun bingung dengan keputusan sang kyai yang akan menjodohkan dirinya
kang srugul belum punya pekerjaan, lebih jauh lagi kang srugul belum punya modal untuk menikah
bagaimana ia akan melaksanakan keinginan gurunya…?
Kang srugul di beri modal berupa cincin dan sejumlah uang oleh sang kyai
esok sore ia dan kedua orang tuanya berangkat ke jawa timur untuk menikah
rupanya semua keperluan kang srugul untuk menikah sudah di persiapkan oleh gurunya
kang srugul di beri alamat untuk menuju suatu daerah di jawa  timur
menemui besan kyainya untuk selanjutnya akan di urus oleh besan sang kyai
orang tua kang srugul hanya manggut manggut tanda setuju dengan keputusan sang kyai
selepas orang tua kang srugul balik
kang srugul di beri nasihat oleh gurunya.
masalah pekerjaan kamu tak usah khawatir nanti akan ketemu sendiri
saya sudah menyiapkan semuanya.

satu lagi..!!

berbaktilah pada orang tua mu sebab orang tua mu adalah ranjang dan kamu adalah kolong
jika tak ada ranjang  maka kolong pun tak ada ( persis kejadian siang tadi )
nanti kamu akan mengalami cobaan yang cukup berat demi memuliakan orang tuamu
rawat orang tuamu jika perlu di jualkan rumah jual saja.
tak perlu khawatir nanti “pangeran” akan mengganti dengan yang lebih besar.
kang srugul hanya mendengarkan dengan serius wejangan gurunya
ia paham betul guru ngajinya tak akan berjumpa cukup lama dengan dirinya.

Setelah pernikahan selesai

Kang srugul tentu mulai kebingungan hidup bersama mertuanya tanpa punya pekerjaan
jauh dari keluarga dan sahabat serta teman temannya
hingga suatu hari kang srugul di datangi oleh orang yang di utus besan gurunya untuk bekerja
tentu kang srugul menerima tawaran dari orang tersebut
kang srugul di beri tugas untuk mengantarkan barang di sebuah kantor ekspedisi
sebagai orang yang tak punya pekerjaan dan kali ini di beri kepercayaan
tentu membuat kang srugul menjadi bersemangat dalam bekerja dan selalu tepat dalam mengerjakan tugas.

Hari bulan tahun berlalu
sedikit demi sedikit kang srugul berhasil mengumpulkan rupiah demi rupiah
suatu hari kang srugul di tawari sebidang tanah oleh saudara sepupu istrinya
setelah berunding akhirnya kang srugul membayar tanah tersebut
kang srugul berencana membuat rumah di tanah tersebut
tapi mertua kang srugul berkehendak jika kang srugul membuat rumah
di sebelah rumah mertuanya
tanah yang di belinya untuk simpanan saja, toh di samping rumah mertuanya masih ada tanah kosong jatah untuk istrinya.
Suatu hari besan sang kyai berkunjung kerumah kang srugul membawa kabar duka
bahwasanya sang kyai sudah meninggal dunia
tentu kabar ini ini membuat kang srugul berduka
terakhir ia bertemu dengan guru ngajinya lebaran tahun lalu
sang kyai sudah bolak balik ke rumah sakit
kang srugul hanya bisa mengirimkan do’a untuk gurunya
ia teringat nasihat gurunya yang telah menjodohkan dirinya
Perjalanan kang srugul menempuh babak baru
kang srugul berhasil membangun rumah di sebelah rumah mertuanya
baru saja kang srugul menempati rumah barunya
kedua mertuanya masuk ke rumah sakit dan membutuhkan biaya yang tak sedikit.
setelah putar sana dan putar sini dan pada akhirnya mentok
kang srugul memutuskan menjual tanah yang dulu di belinya demi membiayai mertuanya
kang srugul menawarkan tanah tersebut seperti menjajakan gorengan
harga sudah di obral dan diskon besar besaran
tapi tetap saja tanah tersebut tidak laku.
Ada seorang pembeli yang menginginkan rumah bukan tanah,
kang srugul teringat dengan “dawuh” gurunya jika harus menjual rumah demi merawat orang tuanya maka juallah
setelah berunding dengan istrinya kang srugul melepas rumah barunya yang belum genap ia tempati selama sebulan
kang srugul berjanji di hadapan istri dan anaknya jika tanah yang di belinya tak akan di jual
meskipun harganya naik 100 atau bahkan naik 1.000 kali lipat
kang srugul sudah sangat kesal tanah tersebut tak laku di jajakan kesana kemari.

kang srugul menjual rumahnya selain terbentur biaya rumah sakit, ia pun punya keyakinan dengan ucapan gurunya.
mertua kang srugul di beri kesembuhan hingga dapat kembali pulang kerumah
betapa kagetnya mertua kang srugul yang baru mengetahui bahwa biaya selama ia di rumah sakit telah “memakan” rumah kang srugul
selama sakit memang segala kebutuhan di rumah sakit di tangani kang srugul dan istrinya
kini kang srugul hidup serumah lagi dengan mertuanya.
Suatu sore kang srugul kedatangan tamu
tamu tersebut berniat membeli tanah kang srugul dengan harga 10 kali lipat dari harga semula
tentu mertua dan istri kang srugul setuju untuk melepas tanah tersebut
tapi kang srugul berkehendak lain ia akan menepati janjinya untuk tidak menjual tanah tersebut
meskipun sudah mendapatkan untung yang berlipat lipat.
mertua dan istri kang srugul tak mengerti dengan pola pikir kang srugul
tak mendapatkan hasil sang tamu pamit pulang
selang dua minggu kenmudian sang tamu dating kembali
kali ini sang tamu memberikan tawaran yang lebih menggiurkan
tanah kang srugul akan di beli dengan harga 50 kali lipat dari harga semula
satu koper uang sudah di bawa ke hadapan kang srugul
sebagai bukti bahwasanya tamu tersebut sungguh sungguh akan membeli tanah kang srugul
tak hanya itu berbagai kelengkapan surat jual beli sudah di bawa oleh sang tamu yang di temani notaris dan lainnya kang srugul tinggal membubuhkan tanda tangan dan uang tersebut jadi miliknya.
Mertua dan kang srugul serta istri kang srugul nampak bingung melihat uang yang begitu banyak jumlahnya
jika saja kang srugul melepas tanah terebut tentu rumah yang dulu di jualnya bisa  di beli kembali dan kang srugul masih punya simpanan uang yang melimpah
tapi benak kang srugul teringat akan janjinya yang dulu di ucapkan di depan istri dan anaknya
bahwa ia tak akan menjual tanah tersebut meskipun harganya menjadi naik 100 bahkan 1.000 kali lipat kang srugul tetap kekeh dengan janjinya untuk tidak akan menjual tanah tersebut.
ia teringat ketika menawarkan tanah tersebut dan tak satu pun orang meliriknya apa lagi menawarnya batin kang srugul terasa teriris mengingat hal ini
dengan berat hati sang tamu pamit pada kang srugul meski demikian sang tamu memberi alamat pada kang srugul siapa tau kang srugul berubah pikiran.

Gegerlah satu perkampungan oleh tingkah kang srugul
ucapan tak senonoh keluar dari mulut warga
tak sedikit yang membodoh bodohkan kang srugul
dan bahkan ada yang mengumpat kelakuan “nyeleneh” kang srugul.
meski di umpat sana sini kang srugul tetap tak peduli
ia punya janji yang telah di ucapkan dan akan di tepati.
dan seperti biasa kabar tentang “bodoh”nya kang srugul perlahan hilang dengan sendirinya
dan tak lagi menjadi perbincangan yang hangat
warga tak lagi semangat membicarakan perihal tanah kang srugul yang harganya naik 50 kali lipat.

Enam bulan berlalu

kang srugul kedatangan tamu kali ini dari pihak provider jaringan utama di negeri ini
memberi tahu bahwasanya tanah kang srugul akan di kontrak untuk mendirikan sebuah tower jaringan dengan kontrak pertama selama 5 tahun.
tentu kabar ini menjadi kabar yang menggembirakan bagi kang srugul
tanah tersebut tak akan di jual hanya di kontrak
kang srugul masih menepati janjinya
harga yang di tawarkan kepada kang srugul membuat ia menelan ludah dan jingkrak jingkrak
kang srugul tentu saja setuju 1.000% setelah membaca surat perjanjian kang srugul  menandatangani surat tersebut
dan menerima jumlah uang yang bisa untuk kembali membeli rumah yang dulu di jualnya.

“dawuh” sang kyai sepertinya terlaksana
kang srugul mendapatkan pekerjaan dan merawat orang tuanya
bahkan hingga menjual rumah seperti yang di ucapkan guru ngajinya waktu ia akan di jodohkan
semua seperti sebuah rencana yang bakal trjadi pada  dirinya
kang srugul tentu selalu teringat dengan nasihat gurunya
bahwa kolong tak akan ada jika tak ada ranjang.

Matarmaja.

0 komentar:

Post a Comment