Home » , » 3 Bayangan

3 Bayangan

“TIGA BAYANGAN”
Gerimis rintik - rintik dikala fajar itu, tetesanya bagaikan banyaknya malaikat yang datang diwaktu subuh untuk mengembangkan sayapnya seraya mengamini do’a para manusia yang menyempatkan diri untuk berdo’a pada Robbnya.  Kabut tebal masih belum juga tampakan tanda – tanda akan kehadiran matahari. Kemudian dingin masih enggan untuk pergi meninggalkan kami, dia tak ingin dirinya tergantikan oleh kehangatan dari kaum muslimin yang bersemangat untuk menjalani hari barunya. Gerimis, dingin, kabut. Memang penghalang, tapi bukanlah satu – satunya  penghalang terbesar. Masih  ada lagi penghalang yang dahsyat dan sulit dikalahkan yaitu rasa ngantuk. Makanya di adzan subuh berisi ajakan untuk bangun. “ash – sholatu khairum minan – naum”. Sholat itu lebih baik dari pada tidur. Namun pada kenyataanya adzan yang sering tidak didengar manusia adalah adzan subuh.  Manusia masih terlelap dalam tidurnya. Masih sibuk menikmati mimpinya. Hayya’ alal shalaah.marilah sholat. Alloh mengajak kita tapi kita acuhkan ajakannya. Hayya’ Alal falaah. Marilah menuju kemenangan.  Alloh lagi lagi mengajak kita. Alloh tunjukan kemenangan dengan sholat.  Sungguh agama mana lagi yang lebih baik dari agama Alloh.  Tapi sayang manusianya belum banyak yang tahu soal ini sehingga mereka sering khilaf dan lalai.  Kembali ketopik.  Aku tidak tahu hari itu tiba – tiba saja ingin menunaikan sholat subuh di musholah.  Membuka selimut dan segera beranjak dari temat tidur.  Kucoba singsingkan rasa malas. Kucoba tepiskan dingin. Kucoba melawan rasa kantukku.  Kuambil air wudhu dan “Bismillah” aku niat berangkat ke mushola karenaMu. Dalam perjalanan aku biarkan mukenahku terbuka, terkena angin.  Agar aku dapat merasakan kesejukan udara pagi yang masih dominan oksigen itu. Kubiarkan mataku memandang keujung ujung jalan, ketepian jalan, melihat rumah rumah yang gelap dan sepi. Tertutup sangat rapat, seakan tak ingin merasakan panorama pagi secara langsung.  Aku tak perdulikan soal itu, aku bisa berjalan dengan kaki dari Alloh saja aku sudah sangat bersyukur.  Masih diberi umur untuk menuju rumah NYA aku sudah  sangat senang.  Sekarang aku tak ingin memikirkan orang lain. Sampai di pinggir mushola. Kulihati ke dinding mushola yang vertikal tegak lurus. Bercatkan warna putih tulang tamapak kokoh dan kuat.  Kutatap Tiga Bayangan yang terpantul dari diriku. Aku baru sadar kalau bayangannya ada tiga.  Aku mempikirkannya  berulang kali.” Mengapa ada tiga? Mengapa tak dua atau lima?”  ucapku dalam hati. Ahh sudahlah aku mau sholat. Untuk apa memikirkan hal sepele itu. Orang kena cahaya dari sana sini ya bisa jadi itu penyebabnya. Masuk ke mushola. Mungkin sangat jarang aku ikut meramaikan mushola ini, mushola satu satunya di Rtku.  Sehingga mungkin orang – orang pun terheran – heran karena kehadiranku. Tak ada angin tak ada badai tiba – tiba jadi sok alim begini.  Lanjut.  Pencahayaan yang gelap dengan hanya satu lampu yang menyala ditempat Imam.  Sangat menawan. Menampah kekhusu’an. Mengingatkan pada kita akan kegelapan. Akan kematian yang pasti akan datang. Kematian yang membatasi atas diri kita dengan diri orang lain. Uhhh merinding jadinya. Sholat telah selesai.  Salam- salaman kemudian langsung pulang. Kulewati jalan yang sama dan terpapar dengan bayangan yang sama hanya berbeda arah pandangannya. Bayangannya ada tiga satu di depan, di tengan dan terakhir di belakang. Aku terpikirkan maksud dari bayangan bayangan itu. Mungkin… satu yang  di depan adalah jin baik dan yang paling akhir adalah jin jahat nah yang tengah adalah diriku yang sejati.  Yang di depan mengajak kepada kebaikan menarik dan memaksaku untuk jalan melangkah kepada perintah Alloh.  Dan aku hanya bisa apa aku hanya diam.  Kemudian dia yang dibelakang dia mengajak aku untuk menengok ke belakang menggodaku untuk kembali kerumah.  Tapi ini keputusan hatiku untuk ikut dengan siapa. Tapi hari itu aku tak tahu, mengapa aku  memilih dia yang ada di depan. Dia yang di depan Membisikan janji – janji Alloh yang pasti kala itu dan aku hanya mengangguk tanda setuju. Aku berusaha untuk tak mendengar ketika dia yang dibelakang memproklamirkan janji janji dan kesenangan yang semu.  Aku sekuat tenaga untuk menghiraukannya.  Aku ingin sholat.  Aku ingin dekat dengan Pemilikku.  Begitulah yang aku coba jelaskan pada dia bayangan jahat.  Sekarang aku jadi mengerti arti dari baik dan jahat itu sendiri.  Baik dan jahat kadang suka keliru.  Yang baik terlihat jahat dan yang jahat nampak baik. Yang jahat bertopengkan perkara yang baik tapi yang baik tak akan berpura – pura menjadi jahat. Dia tulus suci tanpa sandiwara.  Perkara yang baik disembunyikan serapi apapun akan tetap nampak baik tak seperti perkara jahat dia buruk dan busuk.  Baik dan jahat adalah seuatu yang sangat berbeda mereka bertolak belakang.dan tak akan pernah menjdi sama dengan cara apapun. Seperti bayangan itu. Mereka saling berlainan. Mereka selalu tak sepaham. Sekarang Soal memilah yang baik dan buruk Cuma hati nurani kita yang bisa melakukannya, menilai menilai mana yang baik dan jahat, bukan mata atau telinga.

Mata bisa buta dan telinga bisa tuli.

0 komentar:

Post a Comment